Searching...
Wednesday, November 2, 2011
1:17 AM 0

Cara mengatasi Sex Bebas





Banyak sekali perbedaan persepsi mengenai pendidikan seks. Perbedaan persepsi ini berimplikasi pada masalah perlu dan tidaknya pendidikan seks diberikan kepada remaja. Sementara dinamika persoalan seputar seksualitas disekeliling kita sudah sedemikian 'hebat', perlu dan tidaknya remaja mendapat pendidikan seks masih menjadi bahan perdebatan.
1. Apakah pendidikan seks itu ?Pendidikan seks merupakan sebuah diskusi yang realistis, jujur, dan terbuka; bukan merupakan dikte moral belaka. Dalam pendidikan seks diberikan pengetahuan yang faktual, menempatkan seks pada perspektif yang tepat, berhubungan dengan self-esteem (rasa penghargaan terhadap diri), penanaman rasa percaya diri dan difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam mengambil keputusan.
Dalam pengambilan keputusan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah mengetahui informasi, mempertimbangkannya, mengambil keputusan, dan ketrampilan mengkomunikasikan.
Ada 6 prinsip dasar yang harus termuat dalam pendidikan seks, antara lain;
Perkembangan manusia; anatomi, reproduksi dan fisiologi.
Hubungan antar manusia; keluarga, teman, pacaran, dan perkawinan.
Kemampuan personal; nilai, pengambilan keputusan, komunikasi, dan negosiasi.
Perilaku seksual; abstinence (puasa seks) dan perilaku seks lain.
Kesehatan seksual, meliputi: kontrasepsi, pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS), AIDS, aborsi, dan kekerasan seksual.
Budaya dan masyarakat; peran gender, seksualitas dan agama.
Dengan adanya pendidikan seks bagi remaja, diharapkan remaja dapat menempatkan seks papa perspektif yang tepat, dan mencoba mengubah anggapan negatif tentang seks.
2. Apakah arti seks, seksual, seksualitas dan hubungan seks itu?Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata seks mempunyai arti jenis kelamin, sesuatu yang dapat dilihat dan ditunjuk. Jenis kelamin ini memberi kita pengetahuan tentang suatu sifat atau ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan.
Sedangkan seksual berarti yang ada hubungannya dengan seks atau yang muncul dari seks, misalnya pelecehan seksual yaitu menunjuk kepada jenis kelamin yang dilecehkan.
Istilah seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas. Diantaranya adalah dimensi biologis, psikologis, sosial, perilaku, dan kultural. Dilihat dari dimensi biologis, seksualitas berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin. Termasuk didalamnya adalah bagaimana menjaga kesehatan, memfungsikan dengan optimal secara biologis; sebagai alat reproduksi, alat rekreasi dan dorongan seksual.
Dari dimensi psikologis, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran jenis, dan perasaan terhadap seksualitas sendiri.
Dimensi sosial menyorot kepada bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia, bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pada akhirnya perilaku seks kita.
Dimensi perilaku menunjukkan bagaimana seksualitas itu diterjemahkan menjadi perilaku seksual. Perilaku seksual merupakan segala bentuk perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan seksual.
Dimensi kultural menunjukkan bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Dan istilah seks mempunyai arti hubungan kelamin sebagai salah satu bentuk kegiatan penyaluran dorongan seksualnya.
3. Bagaimana jika pendidikan seks diberikan kepada remaja ?Kebanyakan orang tua beranggapan bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam berhubungan seks. Hal ini tentunya membuat orang tua merasa khawatir, apabila dengan pemberian informasi tersebut justru remaja cenderung untuk mencobanya. Untuk itu perlu diluruskan kembali pengertian tentang pendidikan seks. Pendidikan seks berusaha untuk menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks.
4. Apakah remaja perlu pendidikan seks ?Tentu saja, karena remaja yang sedang mengalami masa pubertas mempunyai dorongan atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan mulai timbul rasa ketertarikan pada lawan jenisnya. Mereka berusaha mencari tahu tentang hal itu. Mereka bingung harus bertanya kepada siapa, apakah kepada teman atau bahkan kepada orang tuanya sendiri. Di pihak lain, arus informasi memberikan tawaran yang mengarah ke permasalahan seksual yang vulgar. Pada kenyataannya, banyak media massa justru cenderung menjerumuskan remaja. Maka dalam hal ini pendidikan seks diperlukan untuk menjembatani antara rasa keingintahuan remaja tentang hal itu dan berbagai tawaran informasi yang vulgar, dengan cara pemberian informasi tentang seksualitas yang benar, jujur, lengkap, dan disesuaikan dengan kematangan usianya.
5. Apakah pendidikan seks dapat mencegah remaja untuk tidak melakukan perilaku seks tertentu, misalnya hubungan seks ?Dengan adanya pengetahuan atau informasi aktual yang benar dan utuh serta perilaku yang bertanggung jawab, misalnya risiko hamil, maka remaja akan berpikir dua kali untuk melakukannya yang cenderung yang bersikap coba-coba itu. Remaja akan terbantu dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
6. Mengapa pendidikan seks sering dipandang tidak sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai ketimuran?Sebenarnya pendidikan seksual bermaksud memberikan pengetahuan dan pandangan yang seluas-luasnya dari berbagai sudut pandang serta memberikan informasi yang benar dan faktual kepada remaja mengenai seksualitas, sehingga remaja memiliki pengetahuan tentang seksualitas secara lengkap.
Remaja diajak berdiskusi mengenai pilihan-pilihan perilakunya berdasarkan pengetahuan yang didapat mengenai perilaku tersebut, risikonya, nilai agama yang dianut, nilai keluarga, dll. Sehingga keputusan yang diambil remaja lebih pada pemikiran yang mantap, matang dan bukan karena keharusan ataupun tekanan.
Perlu adanya pengakuan terhadap adanya norma pribadi yang berbeda-beda pada setiap orang terlepas dari nilai dan norma yang ada pada agama dan masyarakat. Kita juga memberikan pendampingan pada remaja untuk pengambilan keputusan dan tidak meninggalkan remaja begitu saja setelah mereka mendapat pendidikan seks. Jadi kalau ada pendapat bahwa pendidikan seks itu tidak sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai ketimuran, itu lebih disebabkan karena perbedaan persepsi tentang pendidikan seks itu sendiri.
7. Mengapa masyarakat pada umumnya masih menganggap tabu untuk membicarakan masalah seksualitas ?Ada banyak faktor yang membuat masyarakat tabu membicarakan hal-hal yang menyangkut seksualitas, antara lain :
faktor budaya yang melarang pembicaraan mengenai seksualitas di depan umum, karena dianggap sebagai sesuatu yang porno dan sifatnya sangat pribadi sehingga tidak boleh diungkapkan kepada orang lain.
pengertian seksualitas yang ada di masyarakat masih sangat sempit, pembicaraan tentang seksualitas seolah-olah hanya diartikan kepada hubungan seks. Padahal secara harafiah seks artinya jenis kelamin, sama sekali tidak porno karena setiap orang tentu memiliki alat kelamin. Seksualitas sendiri artinya segala hal yang berhubungan dengan jenis kelamin, termasuk bagaimana cara kerjanya dan cara merawat kesehatannya agar tetap dapat berfungsi dengan baik.
8. Apakah setiap orang butuh pendidikan seksualitas ?Setiap mahluk hidup memiliki naluri seksualitas sendiri-sendiri, begitu juga dengan manusia. Kita semua memiliki dimensi seksualitas, hanya saja kadang-kadang kita tidak menyadarinya. Pendidikan seksual akan memberikan bekal pengetahuan pada seseorang agar lebih memahami dirinya sendiri, sehingga mampu menjaga kesehatannya dengan lebih baik, dan mengambil keputusan yang terbaik untuk hal-hal yang berkaitan dengan seksualitasnya.
9. Perlukah dibuat kurikulum pendidikan seksualitas untuk orang tua dan remaja ?Akan lebih baik jika pendidikan seksualitas diintegerasikan dalam kurikulum. Sebab kenyataannya, tanpa disadari setiap orang perlu memahami segi seksualitasnya. Bagi orang tua, pendidikan seksualitas sangat perlu karena jika orang tua sendiri kurang memahami pengetahuan mengenai seksualitas maka ia tidak dapat menjelaskan atau tidak tahu bagaimana cara mengkomunikasikan kepada anak-anaknya. Sedangkan remaja memerlukan informasi yang tepat tentang seksualitas karena mereka memerlukan informasi yang tepat tentang seksualitas, agar remaja mampu mengambil keputusan yang berkaitan dengan seksualitas.
10. Kapan saat yang tepat untuk memberikan pendidikan seksualitas bagi anak dan remaja ?Bisa dimulai sejak dini dengan selalu menjaga kebersihan alat kelaminnya, menanamkan kesadaran jenis kelaminnya dan perbedaan dengan lawan jenisnya. Sejak usia dini diusahakan untuk memberikan informasi yang benar mengenai seksualitas.
Pada usia 6 sampai 12 tahun dapat diberikan penjelasan tentang terjadi- nya proses pembuahan ovum oleh sperma, membentuk pandangan anak tentang seksualitas, menjelaskan perbedaan seksual laki-laki dan perempuan dengan bahasa dan nama yang tepat dalam menunjuk anggota tubuhnya, mengenal dan menghargai seluruh anggota tubuh termasuk organ reproduksi, mengerti tentang keluarga, tujuan dan kewajibannya supaya menjadi anggota keluarga yang baik dengan mengikutsertakan rasa setia, kasih sayang, cinta, dan rasa saling menghormati. Pendidikan seksualitas sebaiknya disesuaikan dengan tahap perkembangan usia.
Saat remaja, pendidikan seksualitas lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi selama masa remaja sebagai akibat telah aktifnya hormon seksual, perbedaan yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, perbedaan percepatan perkembangan dan pertumbuhan satu dengan lainnya, bagaimana mencapai kematangan seksual, dan pemilihan perilaku seksual (Laycock, S. R., 1979)

0 comments:

Post a Comment